Travelling
3 Oktober 2024 Diperbarui 4 jam yang lalu
Industri pariwisata sempat mengalami masa surut yang signifikan akibat pembatasan perjalanan selama pandemi. Namun, setelah situasi kesehatan global membaik, banyak negara mulai membuka kembali pintu pariwisata mereka dengan menerapkan berbagai protokol kesehatan yang ketat. Destinasi-destinasi wisata seperti Thailand, Bali, Maladewa, dan Yunani menjadi pilihan populer bagi wisatawan yang merindukan liburan tropis. Di sisi lain, wisata domestik juga semakin digemari, dengan banyak orang yang memilih untuk menjelajahi keindahan negara mereka sendiri.
Di Indonesia, pariwisata domestik terus berkembang dengan munculnya tren “staycation” dan “workation,” di mana orang-orang memilih untuk bekerja dari lokasi-lokasi eksotis, seperti villa di Bali atau resort di Lombok, sambil menikmati pemandangan alam yang indah.
Munculnya Wisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism)
Wisatawan semakin peduli terhadap bagaimana perjalanan mereka mempengaruhi lingkungan dan masyarakat setempat. Mereka lebih memilih untuk mengunjungi destinasi yang menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan dan berkontribusi pada kesejahteraan komunitas lokal.
Sebagai contoh, konsep “eco-tourism” menjadi sangat populer di berbagai destinasi. Destinasi seperti Taman Nasional Komodo di Indonesia, Taman Nasional Serengeti di Afrika, dan berbagai taman nasional di Amerika Serikat menawarkan wisata alam yang memprioritaskan konservasi lingkungan dan keberlanjutan.
Pengalaman Autentik Jadi Prioritas
Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran tren dalam cara orang melakukan perjalanan. Jika sebelumnya wisatawan cenderung tertarik pada destinasi-destinasi mainstream atau ikon wisata terkenal seperti Menara Eiffel, Taj Mahal, atau Grand Canyon, kini mereka lebih mencari pengalaman autentik dan personal.
Sebagai contoh, banyak wisatawan yang tertarik untuk belajar memasak masakan lokal di destinasi yang mereka kunjungi, atau bahkan tinggal bersama keluarga lokal selama beberapa hari untuk merasakan kehidupan sehari-hari mereka. Ini menciptakan pengalaman yang lebih mendalam dan bermakna, sekaligus menjauhkan wisatawan dari sekadar mengunjungi tempat-tempat wisata yang sudah terlalu ramai.
Teknologi Membentuk Cara Orang Bepergian
Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi telah mengubah banyak aspek dalam dunia travelling. Teknologi juga mempermudah wisatawan untuk menemukan tiket murah, memilih hotel terbaik, dan menemukan atraksi wisata yang belum terlalu dikenal.
Namun, teknologi juga membawa tantangan tersendiri bagi industri pariwisata, khususnya dalam hal mengelola overtourism atau jumlah wisatawan yang terlalu banyak di satu destinasi. Misalnya, destinasi populer seperti Venesia dan Barcelona mulai memberlakukan aturan ketat untuk mengontrol jumlah wisatawan yang datang, demi menjaga keseimbangan ekosistem dan kenyamanan masyarakat lokal.
Travelling Sebagai Sarana Penyembuhan Diri
Selain sebagai kegiatan rekreasi, travelling juga sering kali dijadikan sarana untuk menyembuhkan diri, baik secara mental maupun emosional. Wisata alam seperti mengunjungi pegunungan, pantai yang sepi, atau retreat yoga di tempat-tempat terpencil kini semakin populer.
Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa travelling memiliki manfaat positif bagi kesehatan mental, karena membantu mengurangi stres, meningkatkan mood, dan memberikan perspektif baru tentang kehidupan.